Aku, Tante Lisa dan Tetangganya - 1




Cerita ini bermula dari nafsuku yang bisa disebut ugal-ugalan. Bagaimana tidak, di waktu umurku yang capai 29 tahun, saat ini inginnya ML (bersetubuh) terus setiap hari dengan istriku (inginnya 3x satu hari). Serta beberapa netters sangka, tentu seorang istri bukan hanya inginkan kenikmatan seksual setiap saat, namun kerja mengatur rumah lah, mengatur anak lah dan sebagainya jumlahnya. Hingga hampir istriku seringkali keberatan jika setiap malam bersetubuh terus, serta saya kasihan kepadanya. Setiap saat bercinta, istriku dapat 3 terkadang 4 kali orgasme serta saya sendiri terkadang tidak ejakulasi benar-benar sebab istriku terburu capek lebih dulu. Paling sesudah istriku tertidur nyenyak kecapekan, saya langsung geser ke meja kerjaku serta menghidupkan PC, lalu memutar Blue Film serta saya teruskan dengan self service. Sesudah senang, saya baru mengejar istriku yang tertidur, apabila larut malam saya terbangun serta kudapati "pusakaku" berdiri, saya ulangilah lagi sampai saya betul-betul capek serta tertidur.
Saya sendiri benar-benar bernafsu jika lihat tante-tante yang biasanya mereka semakin dewasa, semakin pandai serta tekun dalam soal tempat tidur. Serta saya dalam lakukan masturbasi seringkali memikirkan dengan tante-tante tetanggaku yang biasanya genit-genit. Demikian sampai satu waktu, saya mendapatkan pengalaman bercinta yang sangat terkesan dalam riwayat kehidupan seksualku.Ceritanya bermula di saat temanku ajak karaoke di teritori wisata prigen serta awalnya saya tidak pernah masuk dalam teritori seperti itu. Kami bertiga pesan ruangan penting yang memiliki pintu sendiri serta ruang itu terpisah dengan yang lain semasa tiga jam penuh.

"Eh, Eko emangnya Elo sudah booking cewek untuk nemenin Kita..?" tanyaku pada Eko, salah seorang dari kawanku.

"Sabaarr Boss, entar Adi bawain tuch cewek.." tegasnya.

Sepuluh menit selanjutnya, waktu saya akan menyulut Djarum 76-ku, merapatlah satu Kijang serta Civic Wonder berjejeran ke hadapanku serta Eko. Jika Kijang itu saya mengenal, itu ialah Kijang-nya sang Adi serta keluar 2 orang ABG yang berdandan Ahooyy. Berhembus darah lelakiku lihat 2 orang ABG itu. Bagaimana tidak, pakainnya super ketat serta benar-benar menonjolkan bukit-bukit indah di dada serta pantatnya. Namun, saya tidak mengenal dengan Civic itu. Saya lihat didalamnya ada seorang cewek ABG serta seorang lagi wanita seputar 35 tahun (menurut taksiranku dari raut mukanya).

Eko yang ternyata mengenal baik dengan ke-2 wanita itu langsung menyongsong serta membuka pintu, lalu memperkenalkannya kepadaku.

"Lisa.." hebat tante itu diterima juluran tangannya padaku.

"Inneke.." sahut gadis manis disebelahnya.

Singkat kata, kami telah mulai menyanyi, berjoget serta minum-minum bersama-sama, entahlah telah berapakah keping VCD Blue Dangdut yang kami putar. Saya lihat Eko serta Adi mulai dekati pojok ruang, serta entahlah telah berapakah lama ceweknya orgasme sebab oral yang mereka kerjakan. Sesaat saya sendiri cukup kaku dengan Lisa serta Inneke. Kami juga masih bernyanyi-nyanyi, walau syairnya awur-awuran sebab tekanan birahi karena atraksi BF di muka kami.

Saya sendiri duduk di dekat Lisa, sesaat Inneke serius menyanyikan lagu-lagu itu. Tante Lisa sendiri telah habis satu Pak A-mild-nya, sesaat saya lihat muka Inneke yang merah padam serta terkadang nafasnya terengah perlahan sebab meredam pergolakan yang dia tonton di monitor 29 inch itu. Datang giliranku untuk ambil mike dari Inneke, saya bangun ambil mike itu dari tangan Inneke serta ambil duduk antara Inneke serta Lisa. Impak minumanku serta XTC yang mereka telan membuat kami jatuh dalam alunan situasi birahi itu.

"Boy.., I want your sperm tonight Honey.." bisik Lisa lirih di telingaku, sesaat tangan kirinya meraba selangkanganku.

Inneke yang telah menempatkan pet aqua-nya ambil sikap yang sama padaku. Ia justru mulai mainkan ujung lidahnya di telinga. Hangat nafas serta harum ke-2 wanita itu membuatku terlena dalam alunan melodi birahi yang telah saya rasakan menyebar mencari selangkanganku. Perlahan-lahan tetapi tentu, kejantananku menegak serta kencang, hingga Lee Cooper-ku rasa-rasanya tidak muat lagi, ditambah lagi waktu meneganggnya salah jalan serta sedikit meleset.

"Lho kok.. bengkok punyamu Say..?" bertanya Lisa padaku pura-pura seperti seorang amatiran saja.

Belum saya menjawab, cepat-cepat Inneke buka zipper serta CD-ku, lalu keluarkan didalamnya.

"Gini lho Tan.. mintanya dilurusin, Mas Boy ini.." kata Inneke diiringi penundukkan kepalanya mengarah selangkanganku.

"Aaakkhh.." pekikku ketahan waktu Inneke spontan mulai mengulum kepala penisku ke mulutnya dikombinaksikan dengan sedotan serta jilatan melingkar lidah.

Spotan ke-2 kakiku menegang serta buka semakin lebar lagi untuk mempermudah oral Ineke.

"Oookh My Godd.. sshh.. aakk.." desahku.

Semua badanku bergetar serta berasa dihisap semua sumsun tulangku melalui lubang penisku. Permainan Inneke benar-benar professional, hingga dentuman musik itu kelihatannya tidak kudengar lagi, sebab telingaku berhembus kencang. Ujung penisku benar-benar nyeri, hangat, geli serta perasaan birahi bersatu jadi satu dari sana. Lisa lalu buka kancing baju Hawai-ku serta mundaratkan mulut indahnya di puting susu kiriku, sesaat puting kanan dimainkan oleh telunjuk serta jempol kirinya.

"Aaakk.. mmhh.." desahku tidak menentu.

Saya benar-benar tidak tahan nikmati sensasi ini.

"Edan.., berikut penyimpanganku yang pertama serta dimanjakan oleh 2 orang wanita sekaligus juga.." bisikku dalam hati.

Saya makin tidak tahan saja, lalu kurengkuh leher Lisa serta kudekatkan bibirku, kujulurkan lidahku menyapu semua rongga mulutnya serta kadang-kadang kuhisap dalam-dalam bibir bawahnya yang sangaat menarik itu. Ini sebab jujur saja, saya semakin bernafsu dengan Tante Lisa, walau hampir capai kepala 4 itu (dalam pembicaraan kami, pada akhirnya saya tahu usia Lisa, walau tidak tentu begitu serta dapat semakin).

Tubuhku lalu kumiringkan serta bertumpu pada sofa.

Bukit indah Tante Lisa ialah arahku serta betul saja, berapakah waktu selanjutnya, "Oookkhh.. Nimaatthh.. Sayy.. seddootthh.. terruusshh.." desah Lisa terengah-engah.

Sedotanku kukombinasikan dengan pelintiran jempol serta telunjuk kiriku, kadang-kadang kuputar-putar putingnya dengan telapak tanganku.

"Ssshh.. terusshh.. Sayy.." Lisa mendesis seperti ular.

Mendadak, "Teett..," suara bel mengagetkan kami, tanda-tanda sepuluh menit lagi akan usai.

Saya lihat Adi serta Eko tersandar kecapekan, serta kulihat ada tersisa sperma menentes dari ujung penis-nya yang mulai mengkerut.

"Udahan dahulu ya Tante.., In..," pintaku pada mereka.

"Emmhh.. Oke.." jawab mereka dengan suara sedikit keberatan.

Kami juga turun, saya berpisah dengan Adi serta Eko, entahlah ke mana mereka meneruskan penjelajahan birahinya. Serta kami juga telah masuk dalam Civic Lisa.

"Ke mana Kita nich..?" tanyaku sok bloon sambil hidupkan mesin.

"Kita lanjutin di hotel yuk Ke..!" ajak Tanta Lisa pada Inneke.

"Baik Tan.. Kita ke hotel **** (edited) yang punyai whirpool di kamarnya." sahut Inneke.

Ternyata Tante Lisa ialah seorang eksekutif, karenanya dia pesan salah satunya President Suit Room yang mana seumur-umur saya baru mesuk ke dalamnya. Kamarnya luas, kira-kira 6 x 8 mtr., beralas permadani coklat muda kembang-kembang serta diperlengkapi whirpool yang menghadap mengarah kehijauan lembah. Kamar itu memiliki sofa panjang di samping whirpool.

Demikian masuk, Tante Lisa lalu menutup pintu, saya serta Inneke ambil tempat duduk di sofa samping whirpool. Saya melingkarkan lenganku ke bahu Inneke, alunan musik malam juga makin meningkatkan romantis situasi.

"Inn.." bisikku mesra pada Inneke memulai percumbuanku.

Inneke yang telah on berat itu langsung menyongsong kecupanku, nafasnya terengah-engah, mengisyaratkan jika ia benar-benar inginkan kehangatan, kesenangan serta isi kekosongan ruangan vaginanya merasa menggelitik serta lembab. Dengan sedikit tergesa, saya melepas CD-nya, lalu kurebahkan kepalanya di sandaran bagian sofa serta keletakkan pinggulnya pas diselangkanganku.

"Sreett.." penisku mulai bereaksi waktu pantatnya yang dingin sentuh Lee Cooper-ku serta kulihat Inneke terpejam, sesaat tangannya membenarkan rambutnya yang tergerai di sofa.

Saya mulai mainkan jemari telunjukku di bibir luar vaginanya yang telah mulai meluluhkan cairan bening dari hulunya. Tidak tertinggal, bibirku mengisap dalam-dalam serta kadang-kadang kujepit putingnya dengan ke-2 bibirku lalu kutarik-tarik, kadang-kadang kupilin-pilin dengan ke-2 bibirku.

"Wuuaahh.. sshh.. terusshh.. nikkmatthh.." desah Inneke keras-keras waktu kuperlakukan semacam itu.

Badannya kejang panas serta semua saluran darahnya sekarang mencapai puncak. Menyengaja saya tidak masukkan telunjukku, sebab untuk merangsang semakin intensif lagi. Kami bercumbu serta tidak ingat lagi apakah yang dilaksanakan Lisa di kamar mandi yang berlama-lama.

"nanti Inn.., Saya pispot dahulu yach..?" kataku sekalian melepas cumbuanku.

"Emmhh.." desah Inneke sedikit jengkel.

Namun, saya lihat Inneke meneruskan birahinya dengan dua jemari. Saya sendiri lari kecil ke arah kamar kecil serta sesampai di pintu, saya terkejut sebab merasakan Tante Lisa lagi meregang orgasmenya.

"Aaakkhh.. sshh.. sshh.." desah Tante Lisa, matanya mendelik merem melek.

Nampaknya vibrator mutiara itu masih kerja, hingga waktu saya kencing, Lisa juga tidak melihatku.

"Boyy.." satu panggilan lembut mencengangkan saya waktu akan tinggalkan kamar mandi itu.

"I.. ii.. yaa.. Tan..?" sahutku cukup terkejut.

"Sini doongg..! Hangatin vagina Lisa dengan penis Kamu yang.., ookkhh.." Tante Lisa terpekik waktu vibrator itu dia cabut dari liang vaginanya.

Bersambung..... Artikel Berkaitan

Popular posts from this blog

Montir perkasa - 1