Montir perkasa - 2




Tanganku lainnya tidak tinggal diam turut mengocok punyai sang brewok yang di saat yang sama sedang melumat payudaraku. Ia benar-benar nikmati tiap jengkal payudaraku, ia mengisapnya kuat-kuat diselingi gigitan-gigitan yang tinggalkan jejak merah di kulitnya yang putih. Benar-benar takjub saya dengan penisnya dalam genggamanku, yang betul-betul keras serta perkasa membuatku tidak sabar ingin selekasnya mencicipinya. Karena itu saya melepas emutanku pada penis Zul serta mengatakan pada sang brewok,
"Sini dong Mas, gua ingin nyepong kontolnya!"

Sang brewok langsung gantikan Zul serta menyodorkan penisnya padaku. Hmm.. Berikut yang kutunggu-tunggu, saya langsung buka lebar-lebar mulutku untuk masukkan benda itu. Tentunya tidak muat semuanya di mulut mungilku justru berasa sesak. Sang Zul menggosokikan penisnya yang basah ke mukaku. Sekalian dioral, tangan sang brewok yang kasar serta berbulu itu meremasi payudaraku dengan beringas. Di lain sisi, Pak Fauzan melepas sepatu bersol tinggi yang kupakai, lalu meningkatkan ke-2 tungkaiku ke pundak kirinya, sekalian menggenjot ia menjilati betisku yang mulus. Saya betul-betul terlena oleh kesenangan main keroyok semacam ini.

Mendadak kami berhenti sesaat sebab terdengar suara pintu dibuka dari dalam serta keluarlah seorang yang cuma menggunakan singlet serta celana pendek, badannya cukup kurus serta berumur sepantaran dengan Pak Fauzan dengan jenggot seperti kambing. Saya coba mengingat-ingat orang ini, kelihatannya sempat melihat awalnya, oohh.. Iya itu kan montir yang dengar serta menulis permasalahan yang kuceritakan mengenai mobilku saat saya membawanya kesini. Kelihatannya ia baru mandi sebab rambutnya masih basah serta berantakan. Awalnya ia cukup kaget dengan yang ia melihat tetapi selanjutnya ia dekati kami.

"Weleh-weleh.. Gua repot bersihkan pakaian di belakang, kamu-kamu justru pada enak-enakan ngentot," tuturnya "Lho, ini kan sang Non cantik yang mobilnya diservis itu!"

"Telah jangan banyak omong, ingin ikut-ikutan tidak!" kata sang brewok kepadanya.

Cepat-cepat sang montir yang namanya Joni itu melepas celananya serta kulihat penisnya bagus memiliki bentuk, besar dengan otot yang melingkar-lingkar. Tiga saja belum usai telah tiba satu lagi, lebih berat deh PR gua, demikian kataku dalam hati. Pak Joni ambil tempat di samping kananku, tangannya menelusuri kemana saja seolah takut tidak kebagian tempat. Payudara kananku dibetot serta dilumat olehnya sampai berasa ngilu. Saya mengeluh sejadi-jadinya di antara kesakitan serta kesenangan, makin lama makin liar serta tidak teratasi.

Pak Fauzan di bawah sana semakin percepat frekwensi genjotannya pada vaginaku. Semakin lama saya tidak mampu lagi meredam cairan cintaku yang makin membanjir. Di tingkat pucuk saya makin berkelejotan serta tanganku makin kencang mengocok dua tangkai penis di genggamanku yakni punya Pak Joni serta Bang Zul. Zul menggeram semakin keras serta Crot.. Crot.. Cairan putih kentalnya menyemprot serta bertebaran di muka serta rambutku. Sesaat otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat serta cairan cintaku juga tidak tertahan lagi. Saya sudah capai pucuk, badanku mengejang hebat disertai erangan panjang dari mulutku, tetapi ia terus menggenjotku sampai badanku melemas kembali lagi. Sesudah ia cabut penisnya, di turunkannya kakiku.

"Giliran tuch, siapa ingin memek?" tuturnya.

Sang brewok langsung gantikan tempatnya, awalnya ia menjilati serta mengisap cairan vaginaku dengan rakus seperti melahap semangka. Pak Fauzan naiki dadaku serta menjepitkan penisnya yang telah licin antara payudaraku. Ia memaju-mundurkannya sama seperti yang ia kerjakan pada vaginaku, tidaklah sampai lima menit, spermanya muncrat ke muka serta dadaku, kaosku yang tergulung ikut juga kecipratan cairan itu. Pak Fauzan mengelap spermanya yang bertebaran di dadaku sampai rata hingga payudaraku terlihat mengkilap oleh cairan itu. Kujilati sperma di seputar bibirku dengan memutar lidah.

Sang brewok meminta tukar style, kesempatan ini ia berbaring di bangku montir. Tanpa ada diperintah saya turunkan badannya sekalian buka lebar liang senggamaku dengan jemari. Tanganku lainnya menuntun tangkai itu masuk liang itu. Saya menggigit bibir serta mendesis waktu penis itu mulai tertanam di vaginaku. Sampai pada akhirnya semua tangkai itu tertelan oleh liang surgaku, rasa-rasanya benar-benar sesak serta sedikit ngilu dipenuhi benda sekeras serta sebesar itu, saya bisa merasai urat-uratnya yang mencolok itu bersinggungan dengan dinding vaginaku.

Saya belum menyesuaikan, ia telah menyentakkan pinggulnya ke atas, dengan cara refleks saya menjerit kecil. Satu kali lagi ia sentakkan pinggulnya ke atas sampai akupun turut menggoyahkan badanku turun-naik. Mataku merem-melek serta terkadang badanku meliuk-liuk karena sangat enaknya. Kuraih penis Pak Joni di samping kiriku serta kukulum dengan bergairah, begitupun dengan penis Pak Fauzan, tangkai yang sedang kecapekan itu kukocok-kocok supaya bertenaga lagi, sisa-sisa spermanya kujilati sampai bersih. Kurasakan ada dua jemari masuk anusku, mengoreki lalu bergerak keluar-masuk disana, saya melihat ke belakang rupanya aktornya Bang Zul yang entahlah kapan telah di belakangku.

Kemungkinan sebab suka dikaraoke olehku, Pak Joni memegangi kepalaku serta mendesaknya pada selangkangannya, lalu ia maju-mundurkan pinggulnya seperti sedang bersenggama. Saya pernah gelagapan dibuatnya, kepala penis itu sempat sentuh tekakku sampai hampir terselak. Tetapi hal tersebut tidak kurangi keaktifanku menggoyang badanku serta mengocok penis Pak Fauzan dengan tangan kiriku. Payudaraku yang turut bergoyang turun-naik belum pernah sepi dari jamahan tangan-tangan kasar mereka.

Kelihatannya Bang Zul ingin main belakang sebab ia memperlebar duburku dengan jarinya serta sesaat selanjutnya saya merasai benda tumpul yang tidak lain kepala penisnya melesak masuk dalam dalamnya. Ke-3 lubang senggamaku penuh telah terisi oleh tiga penis. Penis Pak Joni dalam mulutku semakin bergetar serta pemiliknya juga semakin terus-menerus menyodok-nyodokkannya pada mulutku sampai pada akhirnya menyemprotkan spermanya di mulutku. Belum habis semprotannya ia menarik keluar benda itu (thank god, pada akhirnya dapat hirup udara fresh lagi) hingga bekasnya menyemprot ke mukaku, mukaku yang telah basah oleh sperma Bang Zul serta Pak Fauzan bertambah belepotan oleh spermanya yang semakin kental dari punya 2 orang awalnya.

"Aahh.. Aahh.. Sedikit lagi Bang!" desahku sebab akan klimaks lagi.

Cairan cinta berasa terus mengucur membasahi rongga-rongga kemaluanku bertepatan dengan penis sang brewok merasa semakin membesar serta sodokannya yang semakin terus-menerus. Otot-ototku menegang serta desahan panjang keluar dari mulutku karena orgasme panjang bersama-sama sang brewok. Cairan hangat serta kental menyemprot hampir semenit lamanya di lubang vaginaku. Pada akhirnya badanku kembali lagi melemas serta jatuh telungkup di atas dada yang bagian berbulu itu dengan penis masih menancap, sesaat dari belakang Bang Zul masih gemar menyodomiku tanpa ada memedulikan situasiku sampai ia menumpahkan spermanya di anusku lima menit setelah itu. Sesudah istirahat lima menit, Pak Fauzan mengusung badanku di atas ke-2 tangannya serta membawaku ke ruang lain yang ialah tempat pencucian mobil bersama-sama beberapa temannya.

"Eh, ingin ngapain lagi kita nih Pak?" tanyaku bingung.

"Kita ingin membersihkan Non dahulu soalnya telah lengket serta berbau peju sich," jawabnya sekalian nyengir, selanjutnya memerintah sang brewok untuk mempersiapkan selang air.

Pelan-pelan ia turunkan saya, tetapi saya belum juga mampu berdiri sebab masih lemas sekali, jadi saya cuma duduk bersimpuh saja di lantai marmer itu.

"Pakaiannya dilepaskan saja Non agar tidak basah," tuturnya sekalian membantuku melepas kaosku yang tergulung.

Saya sekarang sudah telanjang bundar, cuma arloji, anting, serta seuntai kalung perak dengan leontin huruf C yang masih tetap sisa di badanku. Sang brewok menghidupkan krannya serta arahkan selang itu padaku.

"Awww.. Dingin!" desahku manja merasai dinginnya air yang menyemprot padaku.

Pak Joni melepas singletnya serta bersama-sama 2 orang yang lain dekati badanku yang masih tetap disemprot sang brewok, ke-3nya mengerumuni badanku sekalian tertawa-tawa. Saya lalu diberdirikan serta didekap mereka, tangan-tangan mereka menggosoki badanku untuk membersihkan ceceran sperma yang lengket di sekujur badanku seperti sedang mengolesi mobil dengan cairan pencuci.

Beberapa waktu lamanya sang brewok menyiram kami dengan air dingin hingga badan kami basah kuyup. Setelah itu ia ikut juga masuk menggerayangiku. Pak Joni mendekapku dari depan, sesudah senang menciumi serta meremas payudaraku ia meningkatkan kaki kananku ke pinggangnya serta masukkan penisnya ke vaginaku, mereka mengerjaiku dalam tempat berdiri. Pak Fauzan merangkulku dari belakang serta tidak henti-hentinya mencupangi bahu, leher serta tengukku. Bang Zul berjongkok meremasi serta menjilati pantat montokku yang terangkat dengan gemasnya.

Sang brewok menggerayangi payudaraku lainnya sekalian menggelitik telingaku dengan lidahnya. Desahan nikmatku terdengar penuhi ruang itu. Beberapa waktu selanjutnya Pak Joni klimaks serta menumpahkan spermanya di vaginaku. Ini belum juga usai, sebab sesudahnya badanku mereka celentangkan di atas kap depan satu sedan berwarna silver metalik serta kembali lagi saya disemprot dengan selang air sampai makin basah.

Bang Zul membentangkan pahaku serta menanamkan penisnya ke vaginaku. Kemungkinan sebab telah terisi penuh, karena itu saat penis itu melesak ke dalamku, terlihat sperma kental itu membludak keluar dari antara bibir vaginaku. Saya kembali lagi orgasme yang beberapa kalinya, badanku menggelinjang di atas kap mobil itu. Selanjutnya selang beberapa saat ia juga mengambil penisnya serta menumpahkan didalamnya di atas perut rataku. Pada akhirnya usai mereka mengerjaiku, saya terbujur lemas di atas kap, rasa-rasanya pegal sekali serta sedikit kedinginan sebab basah.

Mereka juga kecapean semua, ada yang duduk mengendalikan nafas, ada pula yang mengelap tubuhnya yang basah. Pak Fauzan memberikan satu Aqua gelas serta handuk kering. Saya gerakkan tangan menghanduki badanku yang basah. Sesudah Pak Fauzan serta Bang Zul usai menempatkan onderdil yang terlambat, usai juga perbaikan mobilku. Saya membayarkan biayanya pada Pak Fauzan yang rupanya masih saudara dengan pemilik bengkel ini, patut dari barusan montir lain patuh kepadanya. Saya memberikan penambahan sepuluh ribu rupiah untuk uang rokok untuk dipisah di antara mereka berempat. Sampai di dalam rumah saya langsung tidur dengan badan pegal-pegal, janji ke cafe dengan rekan-rekan juga sangat terpaksa kubatalkan dengan fakta tidak enak tubuh.

Tamat Artikel Berkaitan

Popular posts from this blog

Montir perkasa - 1